INDONESIA
NEGARA PERTAMA YANG MENERAPKAN B20 : SEBUAH KESEMPATAN EMAS UNTUK MEWUJUDKAN
GENERASI EMAS 2045
Oleh : Alvin Rachmat
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah di dunia.
Sebagai mahasiswa yang tentunya akan menjadi penerus bangsa dalam mengelola
kekayaan Indonesia ini, tentunya kita harus memiliki jiwa yang kuat untuk terus
membangun Indonesia. Oleh karena itu sebagai ujung tombak perubahan Indonesia,
tentulah mahasiswa harus berani untuk terus melangkah maju dan terus berpikir
dan berkarya bagi kemajuan negara kita.
Salah
satu kekayaan terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah luas wilayahnya dan
luas lahannya. Sebagai negara agraris, tentulah Indonesia
memiliki peluang yang besar di sektor pertanian dan perkebunan. Ranah
pengembangannya antara lain pada bidang pertanian dan perkebunan pangan,
bioenergi, dan kemurgi. Juga sebagai negara agraris, tentunya
sudah peranan negara untuk memajukan dan mengolah pertanian dan perkebunan
Indonesia menuju ke arah yang lebih tinggi, baik pemerintah maupun rakyat itu
sendiri.
Salah
satu sektor yang harus
dikembangkan pemerintah dalam era kemajuan teknologi dan penelitian ini ialah
perkebunan dan pertanian sektor energi atau bioenergi. Dalam peranannya sebagai
pemaju negara, pemerintah telah membuat kebijakan yang baik untuk memajukan
pertanian dan perkebunan di bidang energi ini. Memanfaatkan beribu-ribu lahan
sawit yang telah ditanam di Indonesia, pemerintah telah berhasil dalam teahap
awal untuk mewujudkan suatu kebijakan yang mendukung kemajuan Indonesia di
sektor ini.
Sebelumnya, bioenergi sendiri terbagi menjadi beberapa jenis. Yang pertama yaitu bioethanol, untuk dicampurkan pada bahan bakar tipe mesin bensin atau mesin otto. Yang kedua ada biodiesel, untuk dicampurkan pada bahan bakar tipe mesin diesel. Sebenarnya masih banyak jenis bahan bakar bio-bio lainnya, namun dua bahan bakar ini sebenarnya sudah cukup untuk merepresentasikan dua bahan bakar yang paling sering digunakan di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Dari tabel tersebut didapatkan bahwa salah satu penggunaan bahan bakar
yang paling banyak di Indonesia yaitu bahan bakar solar. Dalam penggunaannya
minyak solar dikonsumsi sebanyak 32,6 juta kiloliter. Sedangkan premium masih
pada posisi nomor dua yaitu sebanyak 29,7 kiloliter. Dengan melirik hasil ini,
pemerintah memang sudah seharusnya
mengambil kebijakan yang tepat untuk mengurangi ketergantungan negara ini pada
bahan bakar fosil khususnya solar.
Pada tahun 2015 sendiri, Indonesia telah mengimpor 300 juta barel minyak
mentah dan BBM, dimana 200 jutanya adalah BBM, setara dengan 31,8 juta kl,
sudah termasuk solar, premium, dan lain-lain.
Kembali kepada pembahasan awal tentang sawit, lalu apa hubungannya
dengan itu? Sebenarnya pemerintah telah membuat terobosan dalam mengurangi
ketergantungan konsumsi solar fossil impor ini, yaitu dengan mencampurkan
biosolar murni ke solar fosil sebanyak 20 persen, dan akan diterapkan baik
dalam industri maupun dalam sektor bahan bakar kendaraan.
Perlu kita ketahui bersama kebijakan penyerapan B20 ini merupakan yang
pertama di dunia, yeng berarti Indonesia sudah termasuk salah satu yang berada
di garis terdepan dalam pengembangan biodiesel. Kebijakan ini didukung dengan
Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia. Kebijakan ini mulai
menggiat dikala BPDP sawit meneken kontrak 1,5 juta kiloliter dengan produsen
kelapa sawit di Indonesia, pada awal Mei 2016 lalu, meskipun sebenarnya telah
diinisiasi idenya sejak setahun lalu.
Tentunya pemerintah sendiri telah
membuat peraturan yang lebih ketat dalam rangka mengawal kebijakan ini. Seperti
dilansir pada bisnis.liputan6.com, mengutip Sofyan Djalil usai rapat koordinasi
tentang Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) mengatakan, pemerintah ingin
menegakkan peraturan lebih ketat agar industri melaksanakan amanat tersebut. Mantan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu mengaku, jika lalai atau mangkir
dari kewajiban mencampur biodiesel dengan solar, maka perusahaan yang ditunjuk BPH
Migas untuk menyalurkan BBM bersubsidi ini akan kena denda Rp 6.000 untuk
setiap liter.
Sebelumnya, Vice President Corporate
Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan, tahun depan
sesuai dengan roadmap pemerintah akan menaikkan persentase mandatori
pemanfaatan FAME (Fatty Acid Mthyl Ester) pada bahan bakar diesel dari saat ini
yang berada di level 15 persen untuk PSO dan industri dan 25 persen untuk
ketenagalistrikan, menjadi 20 persen dan 30 persen. Total proyeksi kebutuhan FAME
yang dapat dipasok Pertamina pada tahun depan diperkirakan mencapai 5,14 juta
kl, terdiri dari 2,76 juta kl untuk PSO 1,12 juta kl untuk biosolar industri,
dan 1,26 juta kl Biosolar yang dipasok untuk pembangkit listrik. Besaran ini
lebih tinggi dibandingkan dengan proyek awal sekitar 4,8 juta kl.
Kementrian ESDM juga telah mmbangun
33 tangki biodiesel di beberapa tempat di Indonesia. Seperti dilansir
bisnis.liputan6.com lagi, Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana
mengatakan, pembangunan tersebut menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) 2016 sebesar Rp 68 miliar. Rida mengungkapkan, pembangunan tangki
penyimpanan tersebut bertujuan untuk membantu PT Pertamina (Persero)
menyalurkan biodiesel pada wilayah yang belum terjangkau karena belum adanya
fasilitas penyimpanan tersebut. Rida menyebutkan, wilayah yang akan menjadi
sasaran pembangunan tangki tersebut adalah Maluku dan Balongan Indramayu Jawa
Barat.
Pemerintah juga telah memberikan
subsidi pada biodiesel ini sebesar Rp 1000 per liter, mengutip perkataan
direktur utama BPDP sawit, Bayu Khrisnamukti (14/7/2015) seperti dilansir
bisnis.liputan6.com. Subsidi ini penting mengingat harga biosolar dibanding
solar biasa yang jauh lebih tinggi. Sebaiknya subsidi ini dipertahankan dahulu
hingga saatnya masyarakat tahu benefit dari memakai biosolar ini.
Pemerintahpun akan memungut dana
ekspor sawit terhitung mulai 16 Juli 2016 nanti. Eksportir dibebani tarif US$
50 per ton dari setiap pengiriman CPO. Dana dukungan Rp 600-Rp 700 per liter
ini, kata Bayu diberikan BPDP melalui produsen dalam hal ini Pertamina. Itu
artinya konsumen akan memperoleh benefit dari dana dukungan sawit tersebut.
Lalu apa yang kira-kira dapat
penulis berikan sebagai saran untuk perkembangan suatu inisiatif yang baik dari
pemerintah ini? Melirik dari sektor sasaran bahan bakar minyak yang
mayoritasnya adalah moda transportasi, maka sangat sepatutnya pemerintah selain
mendukung langsung dari sektor perkebunan dan kebijakan lapangannya, pemerintah
juga harus menguatkan dari sektor fisik transportasinya. Namun, fisik
transportasi yang dimaksud bukanlah penampakan luar mobilnya.
Fisik transportasi yang dimaksud disini ialah
sektor mekanis dari mobil itu sendiri. Mobil digerakkan oleh mesin yang
mempunyai berbagai macam jenis dan bahan bakar dan disesuaikan dengan sebuah
bahan bakar baku yang telah ditentukan nilai-nilai fisik dan kimiawinya untuk
mengoptimalkan keefisienan mobil tersebut.
Mesin itu sendiri punya porsi
masing-masing untuk tiap bahan bakar nabati, jika bahan bakar yang dipakai itu
dicampur dengan bahan bakar nabati. Mobil bermesin diesel, tidak bisa begitu
saja dicampur dengan biosolar berkadar 100. Mesin dari mobil seperti itu punya
mekanisme tersendiri agar mengefisienkan bahan bakar utama yang dipakainya.
Namun bukan berarti biodiesel tidak
bisa masuk ke tangkinya, Dengan porsi-porsi tertentu, biodiesel dapat bejalan
pada mesin-mesin diesel. Pada umumnya batas porsi itu tidak melebihi 20 persen.
Solar yang dicampur biodiesel pun mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu yang
membuat nilai dari bahan bakar tersebut baik terhadap keawetan dan performa
mesin diesel.
Jika lebih dari porsi yang telah
disepakati, maka mesin diesel tidak akan berjalan dengan semestinya, dan nilai
lebih bahan bakar campuran biodiesel tersebut mulai menurun hingga kadarnya 100
persen. Jika ingin mencampur biodiesel lebih dari yang telah disepakati, maka
mesin harus dimodifikasi terlebih dahulu. Namun biasanya bukan suatu hal yang
umum masyarakat memodifikasi mesinnya agar kompatibel dengan biodiesel lebih
dari 20 persen (batas yang disepakati pada umumnya), karena B100 (sebutan untuk
biodiesel dengan 0 persen solar fosil) belum menjadi suatu yang komersial pada
SPBU.
Disinilah peran teknologi berjalan bagi kemajuan suatu bangsa. Brazil
adalah salah satu negara yang juga sudah menerapkan regulasi bahan bakar nabati
atau bioenergi sejak 1970-an. Namun, jika Indonesia maju dari sisi biodiesel, Brazil
maju dari segi bioetanolnya. Sebagai salah satu penghasil gula tebu terbesar di
dunia, sekitar 40 tahun lalu Brazil telah mencoba peruntungannya dibidang
bioenergi, sampai sekarang telah menjadi pemimpin dalam teknologi perindustrian
bioetanol.
Jika kita meneropong ke negara
tersebut, sebenarnya negara tersebut telah memacu industri automotifnya untuk
terus mengembangkan teknologinya. Perusahaan automotif disana telah banyak
beradaptasi dengan perkembangan kebijakan bioenergi di negara tersebut. Belakangan
pada 2003, mobil berjenis flex telah popular di negara tersebut, karena
munculnya sebuah mobil yang dapat menyesuaikan berapapun kandungan etanol yang
tercampur pada mobil itu.
Kendaraan bahan bakar fleksibel atau
kendaraan bahan bakar ganda adalah kendaraan bahan bakar alternatif dengan
mesin pembakaran dalamnya yang didesain bisa menggunakan lebih dari 1 jenis
bahan bakar, biasanya adalah bensin yang dicampur dengan etanol ataupun
metanol. Mesin-mesin berbahan bakar fleksibel modern dapat menggunakan bahan
bakar dengan campuran berapa saja di dalam ruang bakarnya karena injeksi dan
waktu percikannya sudah diatur otomatis oleh sensor elektronik. Kendaraan bahan
bakar fleksibel berbeda dengan kendaraan bi-bahan bakar, dimana kedua bensin
disimpan di kedua tangki yang berbeda dan mesinnya hanya membakar satu tipe
bahan bakar saja pada saat bekerja, misalnya CNG, Elpiji, atau hidrogen.
Sebenarnya mobil flex telah lama hadir di dunia, namun baru kali ini
dibangkitkan kembali dari vakumnya yang panjang. Kendaraan bahan bakar
fleksibel pertama di dunia adalah Ford Model T yang diproduksi tahun 1908-1927.
Mesin mobil ini berteknologi karburator yang bisa menggunakan bahan bakar
bensin atau etanol, atau campuran keduanya. Perusahaan otomotif lainnya juga
menyediakan variasi mesin yang bisa berbahan bakar etanol. Henry Ford sendiri
tetap mengusahakan etanol sebagai bahan bakar pada masa pelarangan. Tapi,
karena harga minyak yang rendah saat itu, maka bensin menjadi lebih populer.
Pada tahun 1973, ketika munculnya krisis minyak, maka persediaan minyak saat
itu menipis dan kesadaran masyarakat akan bahayanya ketergantungan minyak.
Krisis ini menimbulkan celah baru bagi etanol dan bahan bakar alternatif
lainnya.
Lalu apa hubungannya dengan perkembangan biodiesel Indonesia? Melihat
perkembangan bioetanol Brazil kini yang telah berimbas pada perkembangan mobil
flex etanol, rasanya bukan mustahil bagi Indonesia yang telah menginisiasi
regulasi biodieselnya, sehningga ada harapan pada kedepannya kebijakan ini
berimbas kepada adaptasi perusahaan otomotif yang sasaran penjualannya ke
Indonesia dan pemerintah maupun swasta melakukan penelitian mobil flex
biodiesel kedepannya, karena sebenarnya mobil flex kebanyakan berbasis etanol.
Jika perkembangan mobil tersebut
terlaksana, bukan tidak mungkin kedepannya Indonesia akan memimpin kemajuan
pesat pada sektor energi dan transportasi berbasis bioenergi ini, mengingat
dari segi produsen dan dari transportasi akan melengkapi kebijakan bioenergi
ini dari dua sisi.
Akhir kata, dengan inisiasi regulasi biodiesel 20 persen ini, yang
merupakan pertama di dunia, terdapat sebuah kesempatan emas memajukan Indonesia
dibidang energi, dimana Indonesia sebagai pemimpin kemajuannya. Oleh karena
itu, persiapannya dan pengawasannya harus dipersiapkan sedini mungkin oleh kita
bersama, terutama para mahasiswa.
Jiwa nasionalisme bukan sembarang jiwa, bukan jiwa yang terbuat dari
kata-kata semata, didalamnya haruslah terdapat solusi, walaupun hanya solusi
singkat namun harus ada harapan didalamnya agar membuat para pemimpin di negeri
ini tergerak pikirannya sehingga mereka semakin terkoreksi dengan
pemikiran-pemikiran berbagai kesempatan yang terkadang susah dilihat oleh
pemegeng-pemegang jabatan di negeri ini.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/1075/Indonesia-Produsen-Kelapa-Sawit-Terbesar
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/05/03/o6ln71382-bpdp-sawit-teken-kontrak-15-juta-kiloliter-biodiesel
http://bisnis.liputan6.com/read/2376571/mangkir-mencampur-biodiesel-dengan-solar-siap-kena-denda
http://bisnis.liputan6.com/read/2365144/kementerian-esdm-bangun-33-tangki-biodiesel
http://bisnis.liputan6.com/read/2272985/dari-celengan-sawit-masyarakat-dapat-tambahan-subsidi-solar
https://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bahan_bakar_fleksibel